Rabu, 29 Januari 2014

soeharto

Melacak Jejak Soeharto Keturunan Tionghoa (1/3) 

Di balik kabar Soeharto menulis surat wasiat, diam-diam muncul 
pergunjingan mutakhir. Apa itu? Asal-usul Soeharto! Konon, ia lahir 
dari rahim seorang gundik pedagang Tionghoa. Wanita malang itu, 
Soekirah, sudah lama lenyap. Benarkah keluarga Cendana berusaha 
mengaburkan jejak kakek buyutnya. Kenapa? 

Soeharto sekarang terbaring lemah di kamar tidurnya yang mirip ICU 
itu. Seolah tinggal menunggu waktu yang tiba-tiba berhenti. Tapi di 
luar, orang-orang justru kasak-kusuk menggunjing asal-usulnya. 

Ngapain mesti digunjingkan? Itu, karena asal-usul Soeharto yang 
sampai sejauh ini masih "tergolong X". Soeharto ditengarai sengaja 
mengaburkan sepotong silsilah hidupnya. Bagian mana yang dikaburkan? 
Kecinaannya! 

Suharto masih keturunan Tionghoa. Begitu kabar yang berhasil dihimpun 
X-file. Dan menariknya, klarifikasi ini justru datang dari Mashuri 
SH, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1969-1974) dan Menteri 
Penerangan RI (1974-1979). Mashuri, yang notabene mantan `orangnya' 
Soeharto ini, blak-blakan mengatakan silsilah Soeharto 
sebagai "campur baur antara orang Cina dan Jawa". Oh ya? 

Tak cukup itu. Bahkan Mashuri bilang, "Dia (Soeharto, Red) bisa 
disebut lembu peteng (istilah untuk anak-anak yang dilahirkan tanpa 
ayah yang jelas, Red)", tandasnya ketika ditemui X-file di rumahnya 
di Banjarsari, Solo. 

Lho, bukankah dalam buku otobiografi Soeharto jelas-jelas mengaku 
kalau dirinya lahir di tengah keluarga Jawa tulen? 

Bukankah ayah Soeharto, Kartoredjo, seorang jagatirtha (penjaga 
saluran, Red) dari Kemusuk, sebuah desa di pinggiran kota Yogyakarta? 
Dan ibunya bernama Soekirah? 

"Ahhh….(otobiogr afi) itu tak seratus persen benar, bohong itu", 
tandas Mashuri sengit. Silsilah Soeharto yang selama ini benar hanya 
dari sisi ibunya. Tentang bapaknya, tambahnya, hampir semuanya salah. 
Jadi buku itu tidak otentik dan diragukan kebenarannya. 

Lalu siapa sebenarnya Kartoredjo itu? Mashuri menjawab, "Kartoredjo 
itu hanya bapak sambung, bukan kandung". Kabarnya, pernikahan antara 
Soekirah dengan Kartoredjo atas petunjuk Pura Pakualaman. Tapi, 
ketika Soeharto masih kurang selapanan (35 hari), Soekirah dan 
Kartoredjo bercerai. Ayah Soeharto, tambah Mashuri, yang benar masih keturunan Cina. Oh, 
ya? 

Blasteran Tionghoa-Jawa 

Sinyalemen Mashuri pun segera menuai tanggapan dari kalangan 
masyarakat Tionghoa di Solo. Umumnya tanggapan itu, anehnya justru 
mengamini. Sumber X-file, seorang tokoh di Perkumpulan Masyarakat 
Surakarta lembaga kemasyarakatan yang beranggotakan warga Tionghoa, 
yang getol menyerukan pembauran di Surakarta justru membenarkan 
pergunjingan ini. 

Menurut tokoh Tionghoa yang pernah tinggal di Semarang dan Surakarta 
ini, kalangan Tionghoa yang tinggal di Surakarta pada 1950-an 
mengetahui bahwa Soeharto adalah peranakan Tionghoa. 

Sumber ini bilang, "Kita orang sama tahu bapaknya dia (Soeharto) 
memang orang Tionghoa. Nenek moyangnya dari Hokkian (salah satu 
provinsi di distrik Hokkjian, Cina Red)". 

Sumber yang minta namanya dirahasiakan ini menuturkan, ayah kandung 
Soeharto adalah seorang saudagar Tionghoa. Orang-orang pada masa itu 
memanggil bokap Soeharto sebagai Tuan Liem, tak jelas benar siapa 
nama lengkapnya. 
"Kita jadi sama-sama tahu itu orang karena kaya-raya. Dia turunan 
pedagang besar Hokkian yang mengungsi di sini (Solo, Red) ketika ada 
gegeran di Kartasuro", katanya. Ayah Soeharto betul-betul orang 
Tionghoa terpandang di Jawa Tengah. 
Kesaksian lain dituturkan sumber X-file di Gejayan, Yogyakarta. Pria 
berusia 58 tahun ini mengatakan sekitar 1966 keberadaan Soeharto yang 
keturunan Tionghoa itu menjadi bahan pembicaraan di kalangan orang- 
orang Tionghoa keturunan. 
Bayangkan, keturunan Tionghoa menjadi Pangkostrad! Padahal kita tahu, 
(kala itu) keturunan Tionghoa sangat sulit, bahkan dilarang, 
berkarier di tentara. Nah, ini kok ada keturunan Tionghoa jadi 
pimpinan tentara, pasti aneh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar