Melacak Jejak Soeharto Keturunan Tionghoa (1/3)
Di balik kabar Soeharto menulis surat wasiat, diam-diam muncul
pergunjingan mutakhir. Apa itu? Asal-usul Soeharto! Konon, ia lahir
dari rahim seorang gundik pedagang Tionghoa. Wanita malang itu,
Soekirah, sudah lama lenyap. Benarkah keluarga Cendana berusaha
mengaburkan jejak kakek buyutnya. Kenapa?
Soeharto sekarang terbaring lemah di kamar tidurnya yang mirip ICU
itu. Seolah tinggal menunggu waktu yang tiba-tiba berhenti. Tapi di
luar, orang-orang justru kasak-kusuk menggunjing asal-usulnya.
Ngapain mesti digunjingkan? Itu, karena asal-usul Soeharto yang
sampai sejauh ini masih "tergolong X". Soeharto ditengarai sengaja
mengaburkan sepotong silsilah hidupnya. Bagian mana yang dikaburkan?
Kecinaannya!
Suharto masih keturunan Tionghoa. Begitu kabar yang berhasil dihimpun
X-file. Dan menariknya, klarifikasi ini justru datang dari Mashuri
SH, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1969-1974) dan Menteri
Penerangan RI (1974-1979). Mashuri, yang notabene mantan `orangnya'
Soeharto ini, blak-blakan mengatakan silsilah Soeharto
sebagai "campur baur antara orang Cina dan Jawa". Oh ya?
Tak cukup itu. Bahkan Mashuri bilang, "Dia (Soeharto, Red) bisa
disebut lembu peteng (istilah untuk anak-anak yang dilahirkan tanpa
ayah yang jelas, Red)", tandasnya ketika ditemui X-file di rumahnya
di Banjarsari, Solo.
Lho, bukankah dalam buku otobiografi Soeharto jelas-jelas mengaku
kalau dirinya lahir di tengah keluarga Jawa tulen?
Bukankah ayah Soeharto, Kartoredjo, seorang jagatirtha (penjaga
saluran, Red) dari Kemusuk, sebuah desa di pinggiran kota Yogyakarta?
Dan ibunya bernama Soekirah?
"Ahhh….(otobiogr afi) itu tak seratus persen benar, bohong itu",
tandas Mashuri sengit. Silsilah Soeharto yang selama ini benar hanya
dari sisi ibunya. Tentang bapaknya, tambahnya, hampir semuanya salah.
Jadi buku itu tidak otentik dan diragukan kebenarannya.
Lalu siapa sebenarnya Kartoredjo itu? Mashuri menjawab, "Kartoredjo
itu hanya bapak sambung, bukan kandung". Kabarnya, pernikahan antara
Soekirah dengan Kartoredjo atas petunjuk Pura Pakualaman. Tapi,
ketika Soeharto masih kurang selapanan (35 hari), Soekirah dan
Kartoredjo bercerai. Ayah Soeharto, tambah Mashuri, yang benar masih keturunan Cina. Oh,
ya?
Blasteran Tionghoa-Jawa
Sinyalemen Mashuri pun segera menuai tanggapan dari kalangan
masyarakat Tionghoa di Solo. Umumnya tanggapan itu, anehnya justru
mengamini. Sumber X-file, seorang tokoh di Perkumpulan Masyarakat
Surakarta lembaga kemasyarakatan yang beranggotakan warga Tionghoa,
yang getol menyerukan pembauran di Surakarta justru membenarkan
pergunjingan ini.
Menurut tokoh Tionghoa yang pernah tinggal di Semarang dan Surakarta
ini, kalangan Tionghoa yang tinggal di Surakarta pada 1950-an
mengetahui bahwa Soeharto adalah peranakan Tionghoa.
Sumber ini bilang, "Kita orang sama tahu bapaknya dia (Soeharto)
memang orang Tionghoa. Nenek moyangnya dari Hokkian (salah satu
provinsi di distrik Hokkjian, Cina Red)".
Sumber yang minta namanya dirahasiakan ini menuturkan, ayah kandung
Soeharto adalah seorang saudagar Tionghoa. Orang-orang pada masa itu
memanggil bokap Soeharto sebagai Tuan Liem, tak jelas benar siapa
nama lengkapnya.
"Kita jadi sama-sama tahu itu orang karena kaya-raya. Dia turunan
pedagang besar Hokkian yang mengungsi di sini (Solo, Red) ketika ada
gegeran di Kartasuro", katanya. Ayah Soeharto betul-betul orang
Tionghoa terpandang di Jawa Tengah.
Kesaksian lain dituturkan sumber X-file di Gejayan, Yogyakarta. Pria
berusia 58 tahun ini mengatakan sekitar 1966 keberadaan Soeharto yang
keturunan Tionghoa itu menjadi bahan pembicaraan di kalangan orang-
orang Tionghoa keturunan.
Bayangkan, keturunan Tionghoa menjadi Pangkostrad! Padahal kita tahu,
(kala itu) keturunan Tionghoa sangat sulit, bahkan dilarang,
berkarier di tentara. Nah, ini kok ada keturunan Tionghoa jadi
pimpinan tentara, pasti aneh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar